https://seokursus.com/ – Timnas Indonesia kembali mendatangi markas Jepang setelah nyaris empat dekade berlalu dengan memori tak menyenangkan.

Timnas Indonesia melakoni laga penutup putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia dengan mendatangi Negeri Sakura.

Jay Idzes dkk menjadi tamu di markas timnas Jepang, Stadion Suita, pada matchday 10 Grup C, Selasa (10/6/2025) petang WIB.

Laga ini oke128 merupakan kunjungan pertama kontingen Merah-Putih ke kandang Samurai Biru sejak partai di Stadion Nishigaoka, Tokyo, 11 Juni 1989.

Sekitar 36 tahun silam, kedua tim terlibat bentrok pada Kualifikasi Piala Dunia 1990.

Indonesia dan Jepang tergabung di Grup 6 putaran pertama bersama Korea Utara dan Hong Kong.

Semua peserta sama-sama memainkan 6 pertandingan dengan format kandang-tandang.

Pada duel pertama, timnas Indonesia menjamu Jepang di Stadion Senayan (kini Gelora Bung Karno), 28 Mei 1989.

Skuad Garuda yang dilatih trio Basiska (M. Basri, Iswadi Idris, Abdul Kadir) secara solid menahan sang rival 0-0.

Akan tetapi, situasi berbalik 180 derajat pada pertemuan kedua di Nishigaoka.

Ricky Yacobi dkk takluk secara telak dari tuan rumah.

Gawang kawalan Eddy Harto dibobol lima kali tanpa jawaban.

Media Jepang, Web Sportiva, mengulas pertandingan tersebut dengan mengenang lapangan yang buruk karena penuh lumpur.

Kondisi rumput yang ditanam awal musim panas terkelupas tak keruan di sana-sini dengan menyisakan gundukan tanah bercampur air hujan.

Seragam pemain kedua kubu dipenuhi tanah basah.

Lumpur juga menempel di sepatu dan bola sehingga membuat pergerakan pemain lebih terbatas.

Saat itu kompetisi Liga Jepang belum dibentuk secara profesional sehingga pengelolaan stadion juga sangat buruk.

Rumput jadi usang karena dipakai bergantian oleh klub-klub liga lokal, liga tingkat universitas, sampai kejuaraan nasional level SMA.

Kondisi ini diakui menguntungkan timnas Jepang.

Samurai Biru pun menyudahi laga dengan kemenangan telak 5-0.

Empat butir di antaranya muncul di babak pertama.

“Timnas Indonesia mengajukan komplain tentang kondisi lapangan,” tulis Web Sportiva.

“Situasi lapangan yang jelek membatasi kemampuan teknis lawan yang kadang-kadang menguntungkan bagi Jepang,” lanjutnya.

Kekalahan ini berandil menyingkirkan Indonesia dari persaingan menuju fase akhir.

Tim Garuda finis di peringkat ketiga, di bawah Korea Utara dan Jepang.

Jepang juga gagal lolos ke tahap akhir kualifikasi, di mana tiket ini menjadi jatah Korea Utara.

Pada ronde terakhir itu, Korea Selatan dan Uni Emirat Arab menjadi wakil terbaik Asia untuk tampil pada putaran final Piala Dunia 1990 di Italia.

“Strategi para pemain Jepang bagus. Pressure football-nya baik,” ulas legenda timnas Indonesia, M Saelan, dalam analisisnya kala itu.

“Sementara tatkala kita melakukan serangan, lebih banyak berkotak-katik dari kaki ke kaki.”

“Begitu bola lepas dan dikuasai lawan, Jepang dengan kecepatannya melakukan counter attack,” lanjutnya.

Hampir empat dasawarsa berselang, kondisi lingkungan stadion di Jepang tentu saja sangat berbeda jauh.

Kedua tim sudah tak memiliki kepentingan apa pun selain menuntaskan ronde ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 dengan hasil terbaik.

Bagi Indonesia, kemenangan atas Jepang bukan hal mustahil untuk diwujudkan mumpung pelatih mereka, Hajime Moriyasu, menurukan mayoritas personel pelapis.

Kalau sampai misi tersebut tercapai, Sang Garuda bakal mencatat sejarah menang pertama kalinya di Negeri Sakura, menurut data RSSSF.